Rabu, 19 Desember 2012

Statistika, Batu Loncatanku menuju Kesuksesan



Statistika, Batu Loncatanku menuju Kesuksesan


Saat ini Indonesia telah memiliki ratusan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Semuanya tersebar di wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Ada yang dinamakan Universitas, Institut, Politeknik, dan masih banyak lagi. Disana terdapat berbagai jurusan yang memiliki tantangan dan rintangan. Tapi tak hanya itu, mereka juga memiliki prospek kerja yang cukup menjanjikan. Layaknya jurusan Hubungan Internasional yang menjadikan mahasiswanya sebagai Duta Besar di negara manapun yang mereka inginkan. Atau seperti jurusan Kedokteran yang dapat membuat anak manusia bisa menyelamatkan nyawa orang lain.
Namun, keberhasilan itu tergantung pada bagaimana kita mengusahakannya. Karena tak seluruh mahasiswa kedokteran bisa menjadi dokter. Serta tidak semua orang yang kuliah dalam program studi Hubungan Internasional dapat bekerja sebagai Duta Besar. Untuk itu, kita harus cermat memilih jurusan.  Apapun yang akan diambil hendaklah sesuai dengan bakat atau minat yang kita miliki. Tidak saja bermodal pandangan mengenai pekerjaan yang layak, tapi  haruslah memperhatikan diri sendiri. Apakah kita memang menginginkan jurusan itu atau malah sebaliknya. Semua itu kembali pada diri masing-masing. Makin baik keputusan yang telah dibuat, makin luas pula kesempatan yang akan kita dapatkan dimasa depan.
Keputusan itulah yang membuat saya bertemu dengan Fakultas Sains dan Matematika ini, khususnya dalam program studi Statistika. Hal ini berawal dari minat yang terlalu menyukai mata pelajaran berisi hitungan. Serta bakat yang tak mendukung saya dalam dunia hafalan. Hingga akhirnya, saya memberanikan diri untuk memutuskan bahwa aku akan jadi mahasiswa statistika.
Statistika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manjemen data. Itu adalah defenisi yang saya dapatkan ketika duduk di bangku SMA. Bahkan saat itu, saya belum mengetahui bahwa di perguruan tinggi terdapat jurusan tersebut. Saya hanya tahu bahwa statistika adalah bagian dari matematika. Sayangnya, statistika adalah bab tersulit yang saya lalui ketika kelas 2 SMA.   
Sejak kecil, tidak pernah terfikir bahwa saya akan jadi mahasiswa di Fakultas Sains dan Matematika. Karena kedokteran lebih membuatku tertarik. Pakaian serba putih yang menjadi ciri khasnya membuat kedokteran semakin indah untuk ditekuni.
Setelah belajar di bangku SMP, biologi menyudutkan keinginan saya untuk berusaha menjadi seorang dokter. Bab demi bab yang saya lalui, begitu sulit untuk dimengerti. Malah matematika mengundang ketertarikan yang lebih dalam.
Masa SMA datang. Mata pelajaran hitungan khususnya matematika masih saya senangi. Ketika menginjak kelas 1 SMA, saya sudah mulai berfikir jurusan apa yang akan ku ambil ketika kuliah nanti. Kedokteran takkan mungkin lagi. Sudah terlalu sulit untuk meraihnya. Lalu, matematika terlintas disana. Saya mencari tahu lapangan pekerjaan yang tersedia untuk itu. Namun, tak satupun yang sesuai dengan harapan. Hanya dosen yang memungkinkan untukku. Tapi, kalau hanya ingin menjadi dosen, sepertinya kita bisa mengambil jurusan apa saja. Tak perlu berkiprah dalam dunia matematika. Hal tersebut membuat keinginan untuk menjadi mahasiswa matematika mulai surut.
Lalu, kedua orang tuaku datang untuk memberi sugesti masa depan. Mereka berharap anaknya bisa menjadi seorang apoteker di sebuah rumah sakit. Sebab, ibuku adalah seorang staf rumah sakit. Sepertinya beliau ingin bekerja sama dengan anaknya, pikirku. Menurutnya, farmasi adalah jalan terbaik untukku menuju kesuksesan. Tapi aku tak yakin. Karena apoteker tak pernah masuk dalam daftar impian saya. Dan juga tak pernah terlintas dalam mimpiku.   
Sempat aku berfikir kalau IPA sepertinya tak akan bisa memberi harapan untukku. Dunia alam sulit untuk dikuasai dan didalami. Sayapun mulai melirik jurusan untuk program IPS. Ketika daftar jurusan berada di tanganku,  Hubungan Internasional terlihat menyenangkan dimataku. Apalagi didukung dengan harapan bisa menginjakkan kaki keluar negeri. Program studi ini semakin menarik hati. Ku coba terus mendalaminya. Berharap disinilah impianku.
Bermodal informasi dari teman-teman, saya mengetahui sedikit demi sedikit tentang apa itu Hubungan Internasional. Sesuai dengan namanya, jurusan ini berhubungan dengan dunia internasional. Luar negeri, kedutaan, diplomat dan bahasa inggris. Itulah beberapa kata kunci yang aku dapatkan. Mendengar kata diplomat, saya masih tertarik. Tapi setelah diiringi dengan bahasa Inggris, saya kembali tak bersemangat. Bahasa asing bukanlah keahlianku. Dan untuk kesekian kalinya, saya gagal menemukan jalan yang bisa membawaku tebang ke pulau impian.  
Sampai pada akhirnya, ketika saya berada dijenjang terakhir pendidikan SMA, ada seorang guru yang memperkenalkan sebuah jurusan. Yaitu program studi statistika. Hatiku kembali tergugah untuk mengenalnya lebih jauh.  Sekalipun ada kata sulit terbesit di pikiranku. Tetap kucoba untuk mencari tahu apa dan bagaimana kelebihan statistika. Hasilnya, nihil. Aku tak menemukan satupun yang mampu mendukung ataupun menjatuhkan argumen untuk memilihnya sebagai jembatanku menuju masa depan.
Butuh waktu lama untuk meyakinkan diri bahwa statistika adalah jurusan yang akan menjadi takdirku. Keraguan yang muncul dari kedua orang tua membuat keputusan itu sedikit goyah. Namun saat itu, saya belum menemukan penggantinya. Di tengah kebimbangan untuk memantapkan sebuah keputusan, guruku kembali datang untuk memberi kemantapan. Melalui penjelasan yang menjadikannya semakin asyik dan dengan prospek kerja yang membuat ku benar-benar tertarik. Alhasil, aku mengambilnya.
Setelah diterima di jurusan statistik tersebut, saya merasa sangat bangga. Karena belum ada lulusan S1 statistik di daerahku. Pikirku saat itu adalah pilihan ini tepat. Apalagi jurusan statistik belumlah terdapat diseluruh universitas negeri ini. Menurutku, peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak masih banyak. Sekalipun saya belum tahu pasti seperti apa tantangan dan rintangan yang ada di depan.
Ketika kakiku menginjak Fakultas Sains dan Matematika, tantangan itu terlupakan. Apapun keraguan yang muncul sebelum saya memilih keputusan ini tak lagi datang. Fakultas lain juga tak membuatku malu menyandang gelar sebagai mahasiswa FSM. Karena aku rasa jiwaku berada disini. Selain karena dukungan dari orang tua sudah semakin mantap, aku memang nyaman berada disana. Pertemuan dengan teman satu fakultas, sejurusan serta kakak senior terasa menyenangkan.
Program Penerimaan Mahasiswa Baru berlangsung. Disini kami sebagai mahasiswa baru disajikan materi-materi yang dibutuhkan untuk masuk ke jenjang universitas seutuhnya. Di sela-sela penyampaian materi tersebut, keungguluan statistik kembali diungkit. Mulai dari keunikan-keunikannya hingga prospek kerja nantinya. Saat itu lah baru aku sadar, kalau impian saya benar-benar berada disini. Dan keyakinan ku bertambah, statistika adalah takdirku. Ini jualah yang akan  membawaku menuju kesuksesan yang sejak kecil

1 komentar:

  1. mbk, boleh tanya ? mbknya statistika diuniv mana ya? soalnya aku juga minat di statistik :)

    BalasHapus